Jumlah dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular (bagian dari sub spesialis dokter bedah umum) di Indonesia masih terbatas. Saat ini jumlah dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular di Indonesia baru 120 orang.
Jumlah ini masih jauh dari angka ideal yang seharusnya sekitar 500 dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular di Indonesia. Pandangan itu disampaikan Ketua Pesbevi dr Witra Irfan, Sp.B Subsp.BVE (K) di acara Indonesian Vascular Conference (Inavasc) XIII 2023.
Acara itu diselenggarakan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Vaskular dan Endovaskular Indonesia (Pesbevi) di Padma Hotel Semarang, Jalan Sultan Agung No 86 Semarang. “Jumlah dokter bedah vaskular dan endovaskular masih sedikit sekitar 120 orang se Indonesia,” kata dr Witra Irfan, Jumat 13 Oktober 2023.
Diketahui Inavasc XIII 2023 Pesbevi ini memiliki beberapa rangkaian acara, seperti workshop dan simposium yang berlangsung selama tiga hari. Menurut Witra Irfan, jumlah dokter sub spesilis vaskular dan endovaskular saat ini belum ideal.
Saat ini satu provinsi ada dua sampai tiga dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular yang harusnya minimal ada lima dokter sub spesialis bedah vaskular. “Di Semarang saja baru ada dua dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular. Pelayanan terhadap pasien jadi menumpuk, tidak maksimal,” terangnya.
Ia menjelaskan masih sedikitnya dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular karena lebih banyak dokter bedah umum. Dokter bedah umum ini, kata dia mengerjakan semuanya.
Namun seiring kemajuan teknologi dan munculnya berbagai macam penyakit, maka dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular diperlukan.
“Spesialisasi ini sudah berkembang pada 1976, namun tidak begitu cepat. Barulah sejak 2012 sampai saat ini antusiasme mulai tinggi,” terangnya.
Sarana dan Fasilitas
Ia menyampaikan banyak faktor terkait masih minimnya dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular. Salah satunya karena sarana dan fasilitas pendidikan yang belum memadai.
Selain itu untuk melanjutkan pendidikan ke sub spesialisasi membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Menurutnya saat ini baru ada satu lembaga pendidikan yang membuka jurusan spesialis yaitu di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
“Maka perlu dukungan dari pemerintah untuk pembiayaan sekolahnya, sarana prasaran serta fasilitasnya,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu narasumber, DR Wahju Budi, SPTHT mengatakan terdapat sejumlah isu terkait keselamatan di rumah sakit.
Yaitu keselamatan pasien, keselamatan tenaga kesehatan, keselamatan alat, keselamatan lingkungan, dan keselamatan bisinis.
Menurut Wahju, tujuan dari keselamatan pasien rumah sakit agar terciptanya budaya keselamatan pasien.
Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunnya insiden, terlaksananya program pencegahan, dan menghindari agar tidak terulang.
“Untuk mencegahnya diperlukan tindakan administratif, seperti teguran lisan, teguran tertulis, dan penundaan/penangguhan ijin,” katanya.
Diketahui Inavasc XIII 2023 Pesbevi ini memiliki beberapa rangkaian acara, seperti workshop dan simposium yang berlangsung selama tiga hari.
Untuk simposium sendiri menghadirkan narasumber dari dalam dan luar negeri, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Source : suaramerdeka.com